Selasa, 03 April 2012

profil andik vermansyah

si kecil mungil nan lincah dan cepat itulah Andik, popularitasnya semakin meningkat setelah ajang pertandingan persahabatan dengan LA Galaxy, di anugrahi lari yang cepat serta skil yang tinggi membuat Andik dapat dengan leluasa mengobrak-abrik pertahanan tim sekelas LA Galaxy, bahkan pemain top sekelas David Backham saja beberapa kali berhasil dia kecoh sehingga membuat mantan kapten timnas Inggris tersebut frustasi dan terpaksa mengganjal Andik dengan keras. Pemuda berbakat kelahiran Sidoarjo, 23 November 1991 ini masih sangat muda saat bertanding dengan LA Galaxy sendiri umurnya saat itu tercatat 20 tahun, maka tidak haran beberapa klub top dunia kepincut pada talenta Andik dan mengharapkannya merapat pada tim mereka, sebut saja klub Banfica, dan tentunya pelatih LA Galaxy sendiri.

"Saya sangat kagum pada pemain ini dia memiliki kecepatan yang luar biasa serta skil individu yang brilian saya berharap dia bergabung dengan tim kami." ujuar pelatih LA Galaxy

Namun sepertinya keinginan klub-klub dunia seperti Banfica dan LA Galaxy tidak berjalan mulus, Andik sendiri ketika di konfirmasi saat ini masih enggan merumput diluar negeri dan masih betah dengan kontraknya dengan timnya saat ini.

Menurut saya sangat di sanyangkan sekali, mengapa Andik menolak tawaran tersebut. Saya percaya Jika Andik serius dia dapat menjadi pemain top dunia dan bukan tidak mungkin jika dia bermain bagus di tim luar negeri tersebut akan manarik perhatian tim-tim besar lainnya. (kucoba.com)

Profil Andik Vermansyah :

Lahir : Sidoarjo, 23 November 1991
Umur : 20 tahun
Posisi : AMF SS CMF
Postur: 162
Berat: 57kg
Club : Persebaya 1927
Nomer : 3 (Timnas)
Tim Favorit : Persebaya, Juventus, Real Madrid

Karier :
Klub Junior
2007 – Persebaya Surabaya
2008 – PON Jatim
2008 – POM ASEAN

Klub Profesional
2008 – 2011 Persebaya Surabaya
2011 – Tim Nasional Indonesia U-23

Makanan favorit : Tempe penyet
Pemain idola : Bejo Sugiantoro dan Cristiano Ronaldo
Nama ayah: Saman
Nama ibu: Jumiah


LA Galaxy vs Indonesia Selection
Ada yang sangat special setelah pertandingan LA Galaxy vs Indonesia Selection selesai, Andik berhasil mendapatkan jersey pemain bintang LA Galaxy David Beckham. Beckham yang pada pertandingan tersebut sempat melakukan tackle keras kepada Andik merasa bersalah dan tidak enak hati kepada striker timnas U23 Sea Games 2011 tersebut, dan sebagai permohonan maafnya Beckham meminta Andik untuk bertukar kaus dengannya.


Profil Andik Vermansyah

Andik Vermansyah Dia Orang Yang Sederhana.

Perjalanan Andik Vermansyah merintis karir hingga kini tidaklah mudah. Andik harus bekerja keras untuk menjadi pemain bintang Indonesia seperti sekarang ini. Pria yang berasal dari keluarga sangat sederhana ini menyukai sepakbola sejak usia nya menginjak 10 tahun. Ayahnya, Saman, hanya seorang kuli bangunan dan ibunya, Jumi’ah, hanya seorang tukang jahit. Keadaan tersebut membuat Andik harus merantau dari Jember ke Surabaya bersama sang ibu untuk mengadu nasib demi melanjutkan kehidupan keluarganya.
Surabaya merupakan tempat yang bersejarah buat Andik. Pertama kali tinggal di kota tersebut, Andik dan ibunya hanya mendiami rumah kontrakkan dengan ukuran 6×3 meter yang terletak di Jalan Rangkah no.7, Surabaya. Rumah kontrakkan tersebut rupanya menjadi penyalur hobi Andik dalam bermain sepakbola. Lapangan bola yang lokasinya tak jauh dari rumah membuatnya leluasa menjalankan hobinya itu setiap pulang sekolah bersama kakak dan teman-temannya, meski selalu dimarahi ibunya yang tak senang jika Andik bermain bola karena khawatir cedera.
Hobi dan semangat yang besar mendorong Andik untuk terus bermain sepakbola hingga akhirnya mendapat restu dari ibunya bahkan sampai dibelikan sepatu bola walau hanya dengan harga Rp.25.000. Bahkan kedua orang tuanya harus kerja keras untuk bisa membelikan pemain Persebaya tersebut sebuah sepatu sepakbola. Maklum penghasilan Saman (ayah) dari pekerjaannya sebagai tukang batu dan Jumiyah (ibu) sebagai karyawan pabrik, tidaklah cukup untuk membeli sepatu sepakbola. Jumiyah akhirnya mencari penghasilan tambahan dari berjualan kue, koran dan es.

"Terkumpul Rp 25 ribu. Saya sendiri yang ngantar ke Gembong (pasar barang-barang bekas di kawasan tengah kota Surabaya). Sempat cemas karena tidak ada uang lebih, kebetulan harganya juga pas dengan uang yang kami bawa. Bolak-balik saya tawar, penjualnya tidak mau turunkan harga," papar Jumiyah.

Saking senangnya, tambah Jumiyah, sepatu itu tidak dilepas dan terus dipakai saat tidur. Tak disangka, sepatu buatan lokal itu membawa Andik terbang tinggi. Namun, usia sepatubola pemberian sang ibu pun tak bertahan lama, kualitas yang tidak terlalu bagus membuat sepatu tersebut hanya bertahan 3 bulan. Namun semangat seorang Andik nampaknya tak pernah padam untuk sepakbola, ia tak segan untuk berjualan kue dan es keliling kampung hanya untuk membeli sepatu bola.

Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Andik memang mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Terutama dari ibundanya. Apalagi sejak 1 tahun, keluarga kecil ini ke Surabaya. Lengketnya hubungan ibu dan anak itu terlihat ketika Jumiyah harus bekerja membantu ekonomi Saman.

"Saya waktu itu kerja di pabrik. Andik tetap saya bawa kerja karena tidak ada yang ngawasi di rumah. Kalau tidur, saya taruh di bawah mesin," kenang Jumiyah.

biodata adnik vermansyah

Tak hanya itu, ekonomi yang pas-pasan membuat keluarga Andik empat kali pindah kontrakan. Dan itu berakhir setelah Andik mampu membelikan rumah di Jl Kalijudan Taruna II no 90. Rumah mungil bercat kuning itu nampaknya bakal jadi muara kehidupan pasangan Saman-Jumiyah di Surabaya.

Kini dengan terangkatnya ekonomi keluarga seiring meningkatnya karir Andik, baik Jumiyah dan Saman berharap tidak terlena gemerlapnya kehidupan. Mereka pun sudah ikhlas jika Andik ingin meneruskan karir ke Eropa.

"Sekarang sudah dewasa, kalau memang sesuai dengan keinginannya kami tentu akan mendukung. Sebenarnya dua tahun lalu sudah ditawari main di Eropa. Saya nggak tahu klub mana, tapi saya sarankan pada Andik untuk tidak menjawab tawaran itu. Usianya masih muda, kasihan kalau jauh dari keluarga," ucap Saman.
Sukses Andik sebagai pesepakbola juga tak lepas dari perhatian kakak ketiganya, Agus Dwi Cahyono. Selisih usia yang hanya tiga tahun, membuat hubungan keluarga itu ibarat pertemanan.
Adalah Agus yang mendorong Andik keluar dari SSB Dwikora dan pindah ke Kedawung Setia Indonesia (KSI). Di klub barunya, Andik mulai merasakan atmosfir kompetisi. Beberapa kali dirinya jadi pilihan utama saat main di sebuah turnamen.

"Mas Agus yang selalu mendorong saya. Termasuk pilihan-pilihan yang ditawarkan manajemen Persebaya," tegas Andik.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code