Jumat, 02 Maret 2012

arema indonesia

Dikota yang sederhana, tentunya punyai penduduk yang sederhana juga & bersahaja. Begitu juga aku, tapi masalah bersahaja apa enggaknya aku nggak paham,aku jalani sehari hari seperti orang biasa dan gak ada yang istimewa.
Kota Malang kota kelahiranku, kota dimana aku tumbuh, menuntut ilmu dan besar. Kota malang identik dengan kota pendidikan, tapi jika anda tanya apa yang paling ngetop dimalang, arek malang pasti sepakat itu “AREMA”. Yaah.. memang enggak berlebihan menganggap arema sebagai lambang kebanggaan masyarakat malang. Terlebih saat ini AREMA terus bertengger di puncak klasemen Indonesia Super League. Anak anak, apalagi remaja, bapak bapak, paklek, mbak mbak, semua gila sama klub bola yang berlambangkan kepala singa.
Kita mungkin sudah bosan dengan kegaduhan demi kegaduhan yang santer diberitakan media. Tapi layak diapresiasi juga loh, contohnya kita jadi tau perkembangan dunia politik yang kisah selanjutnya gak pernah bisa ditebak. Kaya komik naruto aja yang setiap jumat malem ditungguin lanjutan ceritanya. Mulai kasus bail out century yang bermasalah, nyanyian susno duadji yang bersiteru dengan almamaternya sendiri, gayus seorang pegawai pajak golongan IIIA yang kaya raya hanya dengan gaji 10an juta, dan kisah yang laen. Moga moga aja cepetan diusut sut -sut sampe tuntasss. Di daerah tetangga, kejadian alam yang gak kunjung beres lantaran kesalahan dan keteledoran manusia, semburan lumpur lapindo yang sudah memuntahkan ribuan kibik lumpurnya. Kemaren muncul titik semburan lagi. Tinggi tanggul yang sudah 11 meter dan gak mungkin lagi ditinggikan. Gak kebayang deh gimana lagi nasib warga sekitar yang semakin terancam. Sebagian ganti rugi ada juga yang belum terbayarkan. Disana mereka mencari uang, belajar, satu satunya tempat mereka tinggal. Bayangkan kalau itu saudara anda, atau mungkin anda sendiri..
Aku tinggal di kampung yang sederhana, sebagian besar dari penduduk kami seorang petani. Tak terkecuali bapak saya. Kami terbiasa hidup tolong menolong antar warga. Acara kawinan, khitanan, mereka gak sungkan buat ngebantu tenaga buat sekedar mendirikan tenda, masak buat yang ibu – ibu, maen kartu, catur, cerita dan berbagi pengalaman menghabiskan waktu malam dengan berkumpul bersama. Apalagi kalau ada orang meninggal, orang sekampung pasti datang melayat dan mengantar jenasah sampai ke pemakaman. Beda banget sama dikota gede. Sama tetangga aja gak kenal. Ntarnya pasti repot.
Aku punya banyak temen dikampung, mulai adik adik, teman sebaya, sampe mas mas. Dengan beragam kesibukan mereka. Ada yang bekerja, ada yang nganggur. Tapi kebanyakan sih nganngur. Jangan bayangkan pekejaan mereka elit. Kebanyakan sih serabutan. Ngikut bangunan, kerja disawah, ternak,  kerja di pabrik tapi dengan masa kontrak, kerja di mebel furniture, dan yang laennya. Mereka semua sebenernya pekerja keras semua loh. Tapi yang paling tepat berat dan kasar. Kalau ditanya sanggup atau enggak kerja seperti itu, saya pasti jawab enggak. Pernah aku tanya teman sebayaku. Dia lulusan smk swasta, dan udah beberapa bulan masuk ke pondok buat mendalami agama setelah itu keluar dan menganggur. Aku akui sih, dia memang anak orang yang cukup berada, mangkannya dia terlihat agak nyantai.  Aku tanya, “awakmu kena opo kok gak kerjo? arek arek akeh sing kerjo ndek pabrik x loh,  gak cobak nglamar tah??”. atau kalau dalam bahasa indonesianya kurang lebih “ Kamu kenapa kok belum kerja? Temen – temen banyak yang kerja di pabrik X loh, kamu nggak coba nglamar?.. “ dia jawab “wong kerjone koyo sapi ikua, sopo betah..”( orang kerjanya kaya sapi, siapa tahan ). Hahaha.. aku ketawa aja. Berat bro kerja disitu. Kondisi fisik kudu prima setiap hari. Hahaha
Pekerjaan mereka seperti itu lantaran background pendidikan hanya lulusan SD, SMP, ada lulusan SMA/ SMK yang hanya beberapa. Kalaupun ada yang sarjana, kerjaan jaman sekarang susah. Banyak juga khan yang nganggur?
aremaniaMereka kebanyakan suka bola. Anda pernah nonton AREMA maen di kandang?? hanya satu kata dari saya, LUAR BIASA!!! . SBY aja pernah nonton AREMA di malang. Anda bisa bayangkan tribun Stadion Kanjuruhan yang selalu rame. Setiap kali AREMA main kandang, nyaris semua tiket terjual. Harga rata rata untuk tribun ekonomi seharga 25 ribu. Pernah waktu mau maen lawan persebaya dan kebanyakan tim besar laennya, harga tiket ekonomi sempat melambung hingga 80 ribu, bahkan lebih mahal lagi. Itu tutur mas saya yang sedang kehabisan tiket & mendapati calo penjual tiket di perempatan ijen. Tetapi entah kenapa dengan harga tiket yang sedemikian itu, dan dengan mayoritas pemuda malang yang “seperti itu”, tiket tetep aja terjual habis. Bener bener gila..
Rupanya ada hal yang jauh berharga dari pada uang. Apa itu?? Ingat Timnas Indonesia ketika berlaga di PIALA ASIA yang diselenggarakan di tiga negara dan Indonesia salah satunya, selain Malaysia dan Singapura tahun 2007 silam?  kala itu indonesia tergabung satu group bersama Korea Selatan, Arab Saudi, dan Qatar. Ranking sepak bola indonesia saat itu kalah dibanding Qatar, Arab, apalagi semifinalis piala dunia 2002 Korsel. Jauh sekali. Tapi mereka gak gampang loh menaklukan indonesia. Qatar aja tunduk. Sama Korea imbang, cuman kalah 1 gol dari Arab Saudi, golnya pun di menit injury time. Sayang sekali..
Saya sempat gak percaya dan saat itu juga saya merasa bangga menjadi bangsa indonesia. Sebelum maen, semangat juang Ponaryo dkk dikobarkan dengan lagu kebangsaan Merah Putih. ditambah riuh penonton menyanyikan lagu kebesaran Indonesia yang memadati stadion senayan. Aku yang nonton dari TV aja merasakan aura yang luar biasa, dadaku bergetar ,mataku berkaca -kaca,  semangat nasionalismeku bergejolak. Apalagi  yang nonton di sana? apalagi yang main langsung?? mereka tampil bak kesetanan karena hanya semangat yang ada di dada mereka, walaupun dari skill mereka jauh dibawah. Tapi buktinya ?? bukan skill yang banyak bicara, daya juang dan semangat nasonalisme mereka membuat hal mustahil jadi mungkin. Melihat daya juang mereka, tak apalah walaupun dalam kenyataan belum masuk ke fase selanjutnya. Dari sini kita bisa mulai dan tata segalanya.
Yah seperti itu juga yang kita alami. Kita dari dulu bukanlah bangsa yang suka diperbudak oleh uang. Bukanlah bangsa yang suka di perintah oleh atasan yang dzalim. Bukan tipe manusia yang suka diam oleh ketidak adilan dan penindasan. Nasionalisme kita membungkus segala keterbatasan dan kekurangan yang erat melanda. Kita berbeda  dengan mereka yang diperbudak oleh pekerjaan mereka, uang, yang seakan akan seumur hidup harus dihabiskan dengan mencari uang sebanyak banyaknya. Tetapi apakah mereka  bahagia? justru dengan segala kekurangan kita, kita masih bisa bercanda tawa. menghargai sesama, saling membantu, mencintai negara tanpa pamrih,  disitulah letak makna hidup sesungguhnya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hostgator Discount Code